Covid-19 yang sudah merayakan satu tahun keberadaannya ternyata masih menyisakan cerita yang “unik”. Mulai cerita duka hingga para ahli hikmah yang mampu melihat sisi lain (baca: sisi kebaikan) dari keberadaan si virus.
Mengutip Dr Ramliyanto, SP., MP (Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur) dalam Talk Show di SMP muhammadiyah 2 Inovasi Malang beberapa waktu lalu “virus ini (corona) adalah makhluk Allah, Manusia juga makhluk Allah maka tidak semestinya sesama makhluk Allah saling menghujat atau mencaci.” Yang pelru dilakukan, tambah Ramli, adalah mensyukuri adanya Corana dengan cara melihat sisi positif (kebaikan) dari keberadaannya. Sebab tidak hanya Indonesia yang mengalaminya. Pembelajaran harus bervariasi, pendidik juga mesti kreatif dan mulai belajar teknologi, begitu ulasnya.
Apa yang disampaikan Ramli sebetulnya adalah implementasi dari konsep khusnuzhon (prasangka baik) yang diajarkan islam. Berprasangka baik dengan ketetapan Allah utamanya, pun demikian dalam konteks Corona harus berpikir baik tentang takdir Allah ini.
Hal senada juga disampaikan dalam majalah Matan Muhammadiyah tentang pentingnya membangun mindset atau cara berfikir. Jika cara berfikirnya baik maka hasilnya juga akan baik, begitu pula sebaliknya, Dr. Hidayatullah, M. Si (Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo) menarasikan silogisme berpikir.
Menjawab tantangan tesebut guru SMP muhammadiyah inovasi mencoba membuat model pembelajaran berbasis proyek. Adalah Catur Wulandari, S. Pd atau kerap disapa Bu Wulan, mencoba mendesain pembelajaran matematika lebih menarik dan mudah diaplikasikan.
Jadi siswa kami beri arahan untuk mengukur volume bak mandi dan kamar tidur di rumah masing-masing. Rumusnya menggunakan rumus balok atau kubus sesuai bentuk bak mandi dan kamar mereka, begitu Wulan menjelaskan.
Hal ini bertujuan supaya anak-anak merasa bahwa pelajaran matematika itu sangat aplikatif bukan sekadar teoritik. Sebetulnya upaya ini untuk mengenalkan AKM Numerasi kepada anak-anak, di mana soal-soal yang diberikan lebih aplikatif dan tentunya berbasis HOTS (High Order of Thinking Skills).
Respon mereka (para murid) sangat antusias, merasakan matematika itu menyenangkan dan mudah diaplikasikan. Dulu, menghafalkan rumus saja tapi penerapannya tidak paham namun sekarang meraka paham bagaimana menerapkan rumus dalam kehidupan nyata, begitu Wulan menceritakan pengalaman murid-muridnya.
Insya Allah, desain pembelajaran berbasis proyek ini akan dilakukan pada mata pelajaran lainnya sehingga para murid lebih mudah memahami konteks dari materi yang diberikan. (Foto/rilis : Catur Wulandari,S.Pd/Penulis:Supriyanto,S.Pd,M.Pd/ Editor : Salilatul Badriyah,S.Psi)